BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hewan ruminansia
termasuk dalam sub ordo ruminansia dan ordonya adalah artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki empat
lambung, yaitu: rumen, retikulum, omasum, abomasum. Selain itu hewan ruminansia
juga memakan makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak
(Sarwodo, 1993).
Ternak terdapat
beberapa jenis, diantaranya ternak ruminansia dan ternak non ruminansia.
Ruminan terjadi pada hewan pemamah biak, Pengeluaran kembali makanan yang telah
tercerna sebagian yang disebut cad,
keluar dari rumen yang mengunyahnya untuk kedua kalinya disebut juga cudding. Hewan ruminansia adalah hewan
pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. (Melly,
2011).
B.
Tujuan
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini adalah dapat
mengidentifikasikan sistem pencernaan ternak ruminansia (sapi dan
kambing) dan menjelaskan fungsinya.
C.
Kegunaan
Adapun kegunaan
praktikum ini adalah untuk membantu mahasiswa(i) memahami sistem pencernaan
ternak ruminansia serta membedakan kelompok sistem pencernaan.
BAB II
TINJUAN
PUSTAKA
A.
Gambaran
Umum Ternak Sapi
Sapi ternak
adalah hewan ternak anggota familia Bovidae
dan subfamilia Bovidanae. Sapi
dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan
dagingnya sebagai bahan pangan. Hasil sampingannya seperti kulit, jeroan, dan
tanduknya juga kemudian dimanfaatkan. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai
untuk membantu bercocok tanam, seperti menarik gerobak atau bajak (Dudee, 2009).
Sapi adalah hewan pemamah biak , yang berarti mempunyai sistem pencernaan yang memungkinkan
penggunaan makanan jika dicerna sebanyak dua kali kemudian dicerna khusus
oleh mikroorganisme dalam rumen. Mikroba ini terutama
bertanggung jawab untuk medenkomposisi selulosa dan karbohidrat menjadi asam
lemak volatile ternak yang digunakan
sebagai bahan bakar metabolisme utama mereka (Biologigonz, 2010).
Mikroba dalam rumen juga mampu mensintesis asam
amino dari non protein nitrogen sumber, seperti urea dan amoniak. Seperti
mikroba mereproduksi dalam rumen, generasi tua mati dan sel-sel mereka
melanjutkan melalui saluran pencernaan. Sel-sel ini kemudian sebagian
dicerna oleh ternak, yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan sumber protein
berkualitas tinggi. Fitur-fitur ini memungkinkan ternak untuk berkembang
pada rumput dan
vegetasi lainnya (Bali, 2011).
Sapi memiliki satu perut dengan
empat kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum
dan abomasum,
dengan rumen menjadi kompartemen terbesar. Retikulum kompartemen terkecil,
yang dikenal sebagai "sarang lebah". Sapi kadang mengkonsumsi
benda logam yang disimpan dalam retikulum dan iritasi dari benda logam
penyebab penyakit hardware. Fungsi
utama omasum adalah untuk menyerap air dan nutrisi dari pakan
dicerna. Omasum dikenal sebagai "lapisan banyak". Abomasum
adalah seperti perut manusia, inilah mengapa dikenal sebagai "Perut
sejati” (Happyfafet, 2011).
Ternak merupakan makhluk ciptaan Allah Swt, yang
akan dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan, berupa sumber protein
hewani yang akan bermanfaat bagi tubuh manusia. Hal ini sesuai dengan Firman
Allah SWT (Q.S An-Nahl ayat 66) yang berbunyi:
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ
نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا
لِلشَّارِبِينَ بَيْنِ فَرْثٍ
Terjemahnya:
Dan
sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu.
Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu
yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya (QS. An- Nahl ayat 66).
Pada ayat diatas
telah memberikan gambaran dan penjelasan kepada kita mengenai fungsi ternak
yaitu dimana binatang tenak dapat memberi manfaat sebagai minuman dari susu
yang dihasilkan dari ternak tersebut.
B.
Sistem
Pencernaan Ternak Sapi
Hewan memamah biak (Ruminansia) adalah hewan herbivora murni,
contohnya sapi, kerbau dan kambing. Disebut hewan memamah biak karena memamah
atau mengunyah makanannya sebanyak dua fase. Pertama saat makanan tersebut
masuk ke mulut, makanan tersebut tidak
dikunyah hingga halus dan terus ditelan, selang beberapa waktu makanan tersebut
dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus (Dudee, 2009).
Ternak ruminansia merupakan ternak yang efisien
dalam pemanfaatan pakan. Ruminansia mampu memanfaatkan pakan dengan kualitas
rendah dan kandungan serat kasar tinggi. Disamping itu mampu membuat protein
sendiri didalam tubuh yang dihasilkan dari sumber pakan (Blakely, 1991).
Hewan memamah biak mempunyai makanan berupa
rumput atau tumbuhan. Hewan memamah biak mempunyai sistem pencernaan dengan
struktur khusus yang berbeda dengan hewan karnivora dan omnivora (Melly, 2011).
Menurut (Biologigonz, 2010) Saluran pencernaan hewan
memamah biak terdiri atas organ-organ pencernaan sebagai berikut :
1.
Rongga Mulut (Cavum Oris)
Gigi yang terdapat dalam rongga mulut berbeda dengan
mamalia lain dalam hal berikut:
a. Gigi
seri (insisivus) mempunyai
bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa tumbuh-tumbuhan seperti
rumput.
b. Gigi
taring (caninus) tidak
berkembang.
c. Gigi
geraham belakang (molare) berbentuk
datar dan lebar. Makanan yang direnggut dengan bantuan lidah secara cepat
dikunyah dan dicampur dengan air liur dalam mulut, kemudian ditelan masuk ke
dalam lambung melalui esofagus.
2.
Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan saluran penghubung
antara rongga mulut dengan lambung. Di sini tidak terjadi proses
pencernaan. Esofagus pada sapi sangat pendek dan lebar, serta lebih mampu
membesar (berdilatasi). Esofagus
berdinding tipis dan panjangnya bervariasi, diperkirakan sekitar lima cm.
3.
Lambung
Lambung mempunyai peranan penting
untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali).
Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Dalam
lambung ruminansia terbagi menjadi empat yaitu rumen, reticulum, omasum dan
abomasums. Ukuran ruangan tersebut bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7–8%, dan abomasum 7–8%.
Mula-mula makanan masuk ke dalam rumen. Makanan yang
masuk ke lambung ini telah bercampur dengan ludah yang bersifat alkali sehingga
memberi suasana basa dengan pH ± 8,5. Proses pencernaan
ruminansia tergolong unik karena melibatkan bagian yang tidak dimiliki
hewan lain selain ruminansia yaitu rumen. Fungsi rumen itu sendiri adalah
sebagai penampung sementara makanan setelah ditelan hewan. Setelah rumen cukup
terisi makanan, sapi beristirahat. Di dalam rumen terdapat populasi
bakteri dan protozoa. Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim yang
menguraikan polisakarida, misalnya enzim hidrolase,
amilase, oligosakharase, glikosidase dan enzim selulase yang berfungsi untuk menguraikan selulosa. Selain itu juga
terdapat enzim yang menguraikan protein, yaitu enzim proteolitik dan enzim pencerna lemak (Happyfeet, 2011).
Setelah melewati rumen, maka siklus makanan tersebut
akan melanjut ke retikulum. Pada retikulum inilah makanan dibentuk menjadi
gumpalan yang masih kasar. Setelah jadi gumpalan ternyata yang terjadi bukan
langsung melanjut ke bagian berikutnya, tapi dimuntahkan dulu ke mulut untuk
dikunyah lagi. Setelah terjadi proses pengunyahan yang kedua kalinya itu, maka
makanan akan melanjut ke retikulum. Setelah melewati proses tersebut, siklus
makanan melanjut lagi menuju omasum. Di dalam omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus, makanan dijadikan lebih
halus lagi di omasum. Kadar air dari gumpalan makanan dikurangi (terjadi
absorpsi air), Di dalam abomasum makanan dicernakan lagi dengan
bantuan enzim dan asam klorida. Abomasum merupakan perut yang sebenarnya,
karena di sini terjadi pencernaan sebenarnya secara kimiawi oleh
enzim-enzim pencernaan. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding abomasum sama
dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain. Misalnya enzim pepsin merombak protein menjadi asam
amino (Happyfeet, 2011).
4.
Usus Halus
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa
mencapai 4 m. Hal ini dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri
dari serat (selulosa) enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa
menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang
dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
5.
Sekum
Sekum pada ruminansia lebih besar dibandingkan
dengan sekum karnivora. Hal ini disebabkan karena makanan hewan pemakan
tumbuhan bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada
karnivora volume makanannya kecil dan percernaan berlangsung dengan cepat.
Materi pakan yang masuk ke dalam sekum selanjutnya dicerna lagi oleh sekelompok
mikroorganisme yang ada didalamnya.
6. Usus
Besar
Pada usus besar terjadi penyerapan kembali oleh
sekelompok mikroorganisme dari hasil penyerapan di dalam usus halus dan di
dalam usus besar terjadi proses penyerapan air.
7.
Anus
Anus
pada ternak ruminansia sama kegunaannya dengan anus pada manusia yaitu tempat
pembuangan sisa makanan berupa ampas.
C.
Gambaran
Umum Ternak Kambing
Kambing merupakan binatang memamah biak yang
berukuran sedang. Ternak kambing (Capra
aegagrus hircus) adalah sub spesies kambing
liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah
"bulan sabit yang subur" dan Turki) Eropa.
Kambing liar jantan maupun betina memiliki
tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar (Sarwono, 1993).
Umumnya kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak
ke atas dan kebanyakan berbulu lurus
dan kasar. Panjang tubuh kambing liar tidak termasuk ekor adalah 1,3 m-1,4 m, sedangkan ekornya 12
cm-15 cm. Bobot yang betina 50 kg-55 kg, sedangkan yang jantan bisa mencapai
120 kg. Kambing liar tersebar dari Spanyol ke
arah timur sampai India
dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia.
Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu (Bali,
2011).
Tidak seperti halnya hewan mamalia yang lain,
kambing mempunyai kebiasaan makan feses yang sudah
dikeluarkan. Sifat ini disebut coprophagy,
keadaan ini sangat umum terjadi pada kambing dan hal ini terjadi berdasar pada
konstruksi saluran pencernaannya. Sifat coprophagy biasanya terjadi pada malam atau pagi hari berikutnya. Feses
yang berwarna hijau muda dan konsistensi lembek itu dimakan lagi oleh
kambing. Feses yang dikeluarkan pada siang hari dan telah berwarna
coklat serta mengeras, tidak dimakan. Hal ini memungkinkan
kambing itu memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di
saluran bagian bawah, yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein
bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecahkan selulose atau serat menjadi energi yang
berguna, jadi sifat coprophagy sebenarnya
memang menguntungkan bagi proses pencernaan (Sarwono, 1993).
Walaupun memiliki caecum yang besar, kambing ternyata tidak mampu mencerna
bahan-bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna
oleh ternak ruminansia murni. Daya cerna kambing dalam mengonsumsi hijauan daun
mungkin hanya 10%. Di alam, kambing liar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
dengan jenis pakan yang di kehendaki. Jumlah pakan minimal dan ragam pakan
dapat terpenuhi sehingga terjadi keseimbangan dalam pertumbuhan, kesehatan dan
perkembangbiakannya. Kalau kebutuhan itu tidak tercapai, dengan sendirinya
kambing berangsur-angsur gugur menghadapi seleksi alam (Dudee. 2009).
Untuk kambing yang diternak dan hidupnya terbatas di
sekeliling kandang. Kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh perhatian dan
perawatan dari peternak. Jenis, jumlah dan mutu pakan yang diberikan sangat
menentukan pertumbuhan, kesehatan dan perkembangbiakannya (Blakely, 1991).
D.
Sistem
Pencernaan Ternak Kambing
Ternak kambing berbeda dengan ternak mamalia lainnya
karena mempunyai lambung sejati yaitu abomasum dan lambung depan yang membesar
yang mempunyai tiga ruangan yaitu reticulum, rumen, dan omasum ( Blakely, 1991).
Rumen dan reticulum sering dipandang sebagai organ
tunggal disebut sebagai retikulorumen
yang merupakan tempat terjadinya pencernaan fermentative.
Retikulum ini mendorong pakan padat dan ingesta
ke dalam rumen dan mengalirkan ingesta
kedalam omasum. Retikulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke
dalam mulut. Ingesta yang telah halus
didorong ke dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba. Mikroorganisme
yang terdapat dalam rumen adalah bakteri, protozoa dan fungi ( Biologigonz,
2010 ).
Omasum merupakan bagian ketiga lambung ternak
kambing yang menghubungkan retikulorumen
dan abomasums. Abomasum merupakan
bagian keempat yang disebut juga perut sejati. Dengan demikian ternak
ruminansia dapat memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi serta mampu
mengolahnya menjadi produk dengan nilai biologis tinggi ( Blakely, 1991 ).
Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran
nutrient yang terdiri atas protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan
air. Zat–zat gizi organik ini terdapat dalam bentuk yang tidak larut sehingga
harus dipecah menjadi senyawa–senyawa kecil sebelum mereka dapat masuk melalui
dinding saluran pencernaan untuk kemudian diedarkan kedalam darah atau saluran limfe. Berdasarkan perubahan yang
terjadi pada bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses pencernaan ternak
ruminansia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanik, hidrolik dan fermentative.
Proses pencernaan fermentative inilah
yang merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan ruminansia
yang membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia (Sarwono,
1993).
Pencernaan adalah proses perubahan senyawa–senyawa
tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat
makanannya. Proses pencernaan berupa fermentasi yang terjadi sebelum usus halus
pada ternak ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian Keuntungan yang
diperoleh dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain produk
fermentasi mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa dan dapat menggunakan non–protein nitrogen seperti
urea. Kerugian yang dialami antara lain banyak energi yang terbuang sebagai gas
methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi
NH3 (amonia) sehingga terjadi
penurunan nilai protein, ternak ruminansia peka terhadap ketosis atau keracunan
asam (Frandson, 199).
Proses pencernaan fermentative ini tidak lepas dari
peranan mikroba rumen. Mikroba rumen akan mencerna karbohidrat, protein, dan
lemak menjadi asam lemak atsiri VFA (Volaltyl
Fatty Acid), NH3 (amonia),
gas karbondioksida (CO2) dan gas methan (CH4). Amonia digunakan untuk membangun
sel mikroba, VFA (Volatyl Fatty Acid)
akan diserap langsung dalam rumen dan
retrikulum untuk dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber energy, gas methan dan
oksigen dikeluarkan melalui proses eruktasi
( Blakely, 1991 ).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat dilaksanakan praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Desember 2012
Pukul : 09.00 wita-sampai selesai
Tempat : Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
B.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cutter, gunting, label, lap kasar, lifebuoy, meteran, pentul, sunlight dan tissue.
2.
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu organ dalam pencernaan ternak ruminansia
(sapi dan kambing)
C.
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur
kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Pencernaan
Sapi dan Kambing
a.
Menyediakan saluran pencernaan sapi dan
kambing mulai dari esophagus sampai anus pada meja praktikum.
b.
Memberikan label yang ditusuk pentul
pada bagian organ pencernaan.
c.
Memperhatikan alat-alat pencernaan
tersebut hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada sapi dan kambing
tersebut.
d.
Memperhatikan bagian-bagian saluran
pencernaan tersebut secara kronologis mulai dari esophagus sampai ke anus.
e.
Mengetahui fungsi dari setiap organ
pencernaan.
f.
Mengukur setiap organ pencernaan dan
mencatat hasilnya pada tabel pengamatan yang telah tersedia.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1. Sistem
Pencernaan Ternak Sapi
a. Gambar
asli:
b.
Gambar
Literatur:
Tabel Hasil
Pengukuran Organ Pencernaan Ternak Sapi, Bentuk Pakan dan Fungsinya.
No
|
Organ Pencernaan
|
Ukuran (cm)
|
Bentuk pakan
|
Fungsi
|
1.
|
Oesofagus
|
49 cm
|
Berbentuk pecahan-pecahan kecil/bolus
|
berfungsi sebagai jalan makanan menuju perut besar atau
lambung.
|
2.
|
Rumen
|
61 cm
|
Berbentuk
serat-serat kasar.
fermentasi untuk mencernakan selulosa dengan
bantuan
bakteri selulotik.
|
Sebagai tempat utama proses pencernaan
yang berlangsung secara fermentatif. Tempat
fermentasi oleh mikroba rumen.
|
3.
|
Reticulum
|
27 cm
|
Bentuk
pakan sudah mulai lembek
|
Membantu
proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel
pakan pada saat regurgitasi rumen.
|
4.
|
Omasum
|
47 cm
|
Berbentuk
bubur
|
Membantu
proses menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium .
|
5.
|
Abomasum
|
41 cm
|
Masih
berbentuk bubur
|
Untuk mencegah digesta yang
ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut
sejati) → pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.
|
6.
|
Usus halus
|
1910 cm
|
Bentuk
pakan sudah lembut,
|
Sebagai
pencernaan enzimatis dan
absorpsi, terjadi
proses penyerapan sari-sari makanan.
|
7.
|
Usus Besar
|
318 cm
|
Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air.
|
Sebagai
tempat absorbsi air. sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus
besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas
dikeluarkan melalui anus.
|
Sumber:
Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Makassar
2. Sistem
Pencernaan Ternak Kambing
a. Gambar
Asli:
b.
Gambar
literature:
Tabel Hasil
Pengukuran Organ Pencernaan Ternak Kambing, Bentuk Pakan Dan Fungsinya.
No.
|
Organ pencernaan
|
Ukuran (cm)
|
Bentuk pakan
|
Fungsi
|
1.
|
Oesofagus
|
33 cm
|
Berbentuk
pecahan pecahan kecil
|
berfungsi sebagai
jalan makanan menuju perut besar atau lambung
|
2.
|
Rumen
|
30 cm
|
Berbentuk serat-serat kasar,
|
Sebagai
tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen,
|
3.
|
Retikulum
|
15 cm
|
Bentuk pakan sudah mulai lembek,
|
Membantu
proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel
pakan pada regurgitasi rumen,.
|
4.
|
Omasum
|
13 cm
|
Pakan sudah lembut seperti bubur
|
Membantu proses menggiling partikel makanan,
menyerap air bersama-sama natrium
|
5.
|
Abomasum
|
30 cm
|
Berbentuk bubur karena disini dicerna secara
kimiawi
|
Untuk mencegah digesta yang
ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan
enzimatis → pencernaan protein, mengatur arus digesta dari abomasum ke
duodenum
|
7.
|
Usus halus
|
1750 cm
|
Bentuk pakan sudah lembut
|
Sebagai
pencernaan enzimatis dan
absorpsi, terjadi
proses penyerapan sari-sari makanan
|
6.
|
Sekum
|
21 cm
|
Bentuk pakan agak padat ..
|
Sebagai
fermentasi oleh mikroba.
Pencernaan selulosa
|
8.
|
Usus besar
|
250 cm
|
Bentuk pakan agak padat karena disini
mengalami absorpsi air
|
Sebagai
tempat absorbsi air.
|
Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Makassar
B.
Pembahasan
1. Sistem
Pencernaan Ternak sapi
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat diketahui,
bahwa saluran pencernaan pada sapi
adalah esophagus dengan ukuran 49 cm, rumen 61 cm, reticulum 27 cm, omasum 47
cm, abomasum 41 cm, usus halus 1910 cm dan usus besar 318 cm. Hal ini tidak
sesuai dengan pernyataan Blakely (1991) mungkin disebabkan karena organ-organ
tersebut sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, umur ternak yang masih
muda, penyambungan organ-organ pencernaan
tersebut sudah ada yang putus, bangsa sapi yang berbeda-beda serta
kurang ketelitian pada saat proses pengukuran.
Esophagus pada sapi berupa saluran kecil yang
menghubungkan antara mulut dengan lambung. Esophagus berfungsi sebagai jalan
makanan menuju perut besar atau lambung.
Rumen pada sapi
merupakan tempat utama proses pencernaan yang berlangsung secara
fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorbsi VFA (Volatyl
Fatty Acid) dan amonia, lokasi mixing, menyimpan bahan makanan. Pakan
berbentuk serat-serat kasar, disini juga terjadi proses fermentasi untuk
mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik.
Retikulum pada sapi yang membantu proses ruminasi
bolus, sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi,
membantu proses ruminasi,
mengatur arus ingesta ke omasum, absorpsi hasil fermentasi
dan tempat berkumpulnya
benda-benda asing. Pakan berbentuk sudah mulai lembek,
karena sebelumnya sudah terjadi pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen.
Omasum pada ternak sapi yang membantu proses
menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium dan kalium, juga
menyerap VFA (Volatyl Fatty Acid).
Sifat menyerap air pada omasum diduga berfungsi untuk mencegah turunnya
pH. Omasum juga berfungsi sebagai filtering, fermentasi dan absorpsi. Pakan
sudah lembut seperti bubur dan terbentuk gelembung-gelembung gas pada pakan.
Abomasum pada sapi berfungsi untuk mencegah digesta
yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan
enzimatis (perut sejati) → pencernaan protein, mengatur arus digesta dari
abomasum ke duodenum. Berbentuk bubur karena disini makanan dicerna secara mekanik dan kimiawi.
Usus halus yang dimiliki sapi berfungsi sebagai
pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan.
Bentuk pakan sudah lembut, dan nutrisi siap diserap oleh pembuluh darah.
Usus besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air.
sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami
penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus. Bentuk
pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air. Kemudia terakhir adalah
anus yaitu sabagai tempat jalann keluarnya feses.
2.
Sistem Pencernaan Ternak Kambing
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat diketahui
bahwa saluran pencernaan pada kambing
adalah esophagus dengan ukuran 33 cm, rumen 30 cm, reticulum 15 cm, omasum 13
cm, abomasums 30 cm, usus halus 1750 cm, sekum 21 cm, dan usus besar 250 cm. Hal
ini tidak sesuai dengan ukuran yang sebenarnya mungkin disebabkan karena organ-organ tersebut
sudah diawetkan sehingga mengalami pengerutan, karena umur ternak yang masih
muda, penyambungan organ organ pencernaan
tersebut sudah ada yang putus, bangsa ternak yang berbeda-beda serta
kurang ketelitian pada saat proses pengukuran. Esophagus pada kambing berupa
saluran kecil yang menghubungkan antara mulut dengan lambung. Esophagus berfungsi
sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung.
Rumen pada kambing merupakan tempat utama proses
pencernaan yang berlangsung secara fermentatif. Tempat fermentasi oleh mikroba
rumen, absorbsi VFA (Volatyl Fatty Acid) dan amonia, lokasi
mixing, menyimpan bahan makanan. Pakan berbentuk serat-serat kasar, disini juga
terjadi proses fermentasi untuk mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri
selulotik.
Retikulum pada kambing membantu proses ruminasi
bolus, sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi,
membantu proses ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, absorpsi hasil fermentasi
dan tempat berkumpulnya benda-benda
asing. Pakan berbentuk sudah mulai lembek, karena
sebelumnya sudah terjadi pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen.
Omasum pada ternak kambing membantu proses
menggiling partikel makanan, menyerap air bersama-sama natrium dan kalium, juga
menyerap VFA (Volatyl Fatty Acid).
Sifat menyerap air pada omasum diduga berfungsi untuk mencegah turunnya
pH. Omasum juga berfungsi sebagai filtering, fermentasi dan absorpsi. Pakan
sudah lembut seperti bubur dan terbentuk gelembung-gelembung gas pada pakan.
Abomasum pada kambing berfungsi untuk mencegah
digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum, tempat permulaan pencernaan
enzimatis (perut sejati) → pencernaan protein, mengatur arus digesta dari
abomasum ke duodenum. Berbentuk bubur karena disini makanan dicerna secara mekanik dan kimiawi.
Usus halus yang dimiliki kambing berfungsi sebagai
pencernaan enzimatis dan absorpsi, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan.
Bentuk pakan sudah lembut, dan nutrisi siap diserap oleh pembuluh darah.
Usus buntu pada kambing berfungsi fermentasi oleh
mikroba. Pencernaan selulosa menjadi glukosa dan proses fermentasi atau
pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri.
Usus besar memiliki berfungsi sebagai tempat
absorbsi air. sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar.
Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui
anus. Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air. Kemudian
terakhir adalah anus yaitu sabagai tempat jalann keluarnya feses.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
adalah Ruminansia memilliki sistem pencernaan yang terdiri atas esophagus,
lambung, dan juga usus. Lambung pada ruminansia terdiri dari 4 bagian. Hal
inilah yang unik pada ruminansia dan tidak dimiliki oleh hewan lainnya. Ada
rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Ukuran dapat bervariasi sesuai dengan
jenis, umur dan juga faktor makanan ruminansia.
B.
Saran
Adapun saran
pada praktikum ini adalah sebaiknya organ-organ yang digunakan pada percobaan
ini harus menggunakan semua organ yang baru, supaya praktikan dapat
mengidentifikasi sistem pencernaan dengan baik dan benar tanpa terganggu dengan
bau formalin yang menyengat.
DAFTAR
PUSTAKA
Bali. Saluran
Pencernaan Kambing. http://bali-baliqu.blogspot.com/2011/09/salu ran-pencernaan-kambing.html. 2011. Diakses
tanggal 12 Desember 2012.
Biologigonz.
Pencernaan Ruminansia. http:// biologigonz. blogspot.
com/2010 /01/pencernaan-ruminansia. html. 2010. Diakses
tanggal 12 Desember 2012.
Blakely,
James and David H. Bade. Ilmu Peternakan
edisi IV. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 1991.
Dodee.
Pencernaan Ruminansia. http://dodee88.
wordpress.com/2009/01/03/67/. 2009. Diakses pada tanggal 12 Desember
2012.
Frandson.
Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1992.
Happyfapet. Dasar Nutrisi dan Sistem Pencernaan. http://happyfapet.
blogspot. com/2011/12/dasar-nutris-dan-sistem-pencernaan.html. 2011 Diakses pada
tanggal 12 Desember 2012.
Melly,
Hatulhasanah. Perbedaan Hewan Ruminansia
dan Non Ruminansia. http://mellyhatulhasanah.blogspot.com/2011/11/perbedaan-hewan-ruminansia-dan-non.html.
2011.
Diakses pada tanggal 12 Desember 2012.
Sarwono, B. Beternak
Kambing Unggul. Yogyakart: Penebar Swadaya. 1993.
Tillman.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press. 1991.
ijin copy ya ka'....
BalasHapusbuat panduan pembelajaran,